Kongres Dayak Internasional di Kalbar akan Dihadiri Para Menteri RI dan Tamu Luar Negeri
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) akan menggelar Kongres Dayak Internasional pertama kali di rumah Radakng Jalan Sutan Syahrir Kota Pontianak dengan menghadirkan para menteri RI dan tamu internasional pada 26-27 Juli 2017.
Hal tersebut, diungkapkan ketua panitia Kongres Dayak Internasional, Alexius Akim yang juga adalah Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalbar didampingi panitia lainnya, Marcelinus yang adalah Kepala Dinas Kehutanan Kalbar dalam konferensi pers di Cafe Redzone Jalan Ahmad Yani Pontianak, Jumat (21/7/2017).
"Sebagaimana kita ketahui bahwa tidak lama lagi akan digelar sebuah perhelatan Kongres Dayak Internasional pada 26-27 Juli, kegiatan ini bertemakan merajut benang-benang peradaban dayak dalam struktur zaman yang dinamis, dengan sub tema penguatan peranan bangsa dayak menuju episentrum pembangunan sosial berbudaya, ekonomi, bisnis dan keuangan serta politik," katanya, Jumat (21/7/2017).
Tentu dari dua hal tema dan sub tema tersebut, kata Akim merupakan hasil terjemahan pernyataan Gubernur Kalbar yang juga adalah Presiden MADN meminta untuk memikirkan kehawatiran mengenai masa Dayak bisa punah.
"Maka dari itu bagaimana menjaganya, lalu khawatir NKRI tidak utuh, dan ketiga khawatir bangsa dayak terus menerus menjadi beban negara," ungkapnya.
Dari ketiga pemikiran tersebut, kata dia, lalu diulas dan dicari referensi, dan menurutnya pula, pemikiran dari Presiden MADN sesuatu yang luar biasa dan menarik untuk dibahas serta dicari.
"Pertama, khawatir bangsa Dayak punah, bukan secara fisik tetapi secara peradaban bisa terjadi seperti pada jaman abad ke-18 kebawah, jaman kolonial dan penjajah ingin menghilangkan identitas, bukan suku lagi, tapi bangsa Indonesia secara utuh. Maka dari itu kita tidak ingin hal tersebut terulang. Artinya, beliau berbicara tentang peradaban," terang Akim.
Lalu yang kedua, lanjutnya, NKRI jangan sampai tidak utuh, atau dengan kata lain, NKRI harus selalu utuh, bangsa Indonesia terbentuk berdasarkan pulau-pulau, yang salah satu sukunya adalah Dayak, artinya jika Dayak punah, NKRI sudah tidak utuh.
Dan pesan besarnya adalah merajut kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia.
Ketiga, kata Akim, jangan sampai masyarakat dayak selaku menjadi beban negara, artinya berbicara isu lingkungan, sumber daya alam dimiliki, namun jika tidak mempunyai sumber daya manusia yang mempuni tentu tidak ada artinya sumber daya alam tersebut, maka dari itu akan jadi beban negara.
"Untuk menjawab hal tersebut, tentu kita ingin berkongres, tidak bisa hanya seminar, jika semimar hasilnya adalah rekomendasi, rekomendasi bisa dipakai dan tidak, namun jika kongres, hasilnya keputusan," kata dia.
Menurutnya, keputusan nantinya yang akan keluar adalah hasil kongres dan harus mampu merumuskan protokol bangsa Dayak, atau sebuah petunjuk dan arah kedepan bangsa dayak, lalu kedua harus melahirkan pernyataan, deklarasi yang berisikan untuk dunia yang lebih baik dan ketiga adalah menyusun peta jalan bangsa dayak kedepan.