Blog Belantara

Penggunaan Inovasi Teknologi untuk Konservasi Satwa Liar di Indonesia Masih Terbatas

BOGOR, KOMPAS — Dukungan inovasi teknologi yang telah banyak berkembang saat ini dapat membantu meningkatkan upaya konservasi satwa liar. Namun, penggunaan di Indonesia sampai sekarang masih sangat terbatas. Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi dan dukungan dari berbagai pihak untuk meningkatkan penggunaan teknologi ini.

Hal tersebut mengemuka dalam acara diskusi grup terfokus (FGD) terkait inovasi teknologi untuk konservasi keanekaragaman hayati di Universitas Pakuan, Bogor, Selasa (28/3/2023). Acara tersebut merupakan pertemuan antara akademisi dan praktisi guna membahas aspek inovasi teknologi dalam konservasi satwa liar di Indonesia.

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Pakuan (Unpak) Asep Denih mengemukakan, salah satu teknologi monitoring sangat penting dalam upaya perlindungan lingkungan. Teknologi ini dapat membantu mengidentifikasi masalah lingkungan, menentukan penyebab, dan memberikan solusi yang tepat.

”Teknologi monitoring untuk lingkungan hidup ini sudah banyak, tetapi masih perlu dioptimalkan penggunaannya. Penggunaan teknologi ini dapat mengambil tindakan preventif untuk mencegah atau meminimalkan dampak negatif pada lingkungan,” ujar Asep yang juga pengajar Ilmu Komputer di Unpak.

Selain sebagai upaya preventif, teknologi monitoring juga dapat membantu meningkatkan upaya konservasi. Hal ini sekaligus untuk memastikan keanekaragaman hayati dapat dipertahankan dan terus dijaga kelestariannya.

Sampai saat ini, kata Asep, beberapa teknologi monitoring sudah banyak diterapkan untuk perlindungan lingkungan hidup. Salah satu contohnya adalah penggunaan teknologi penginderaan jauh. Teknologi ini dapat digunakan untuk memetakan keanekaragaman hayati secara luas dan akurat serta merencanakan strategi konservasi yang lebih tepat.

Teknologi lain yang juga banyak diterapkan adalah teknologi sensor. Teknologi ini salah satunya diterapkan di robot pintar untuk mendeteksi kualitas udara. Robot yang telah dipasangi sensor tersebut dirancang untuk mendeteksi kualitas udara secara otomatis, mengumpulkan data secara real time, dan mengirimkannya ke peladen (server) untuk dianalisis.

Selain itu, terdapat pula penggunaan teknologi DNA barcoding untuk mengidentifikasi spesies yang sulit dibedakan secara konvensional. Teknologi ini dapat membantu mengurangi kesalahan identifikasi spesies dan meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan dalam merancang strategi konservasi.

Banyaknya inovasi teknologi juga memungkinkan upaya konservasi melibatkan partisipasi publik secara luas. Hal ini dapat dilakukan dengan penggunaan teknologi aplikasi konservasi di ponsel pintar untuk mengumpulkan data dan informasi tentang keanekaragaman hayati dari masyarakat lokal.

”Kami sedang melakukan riset kecil bekerja sama dengan Matsumoto Laboratories di Jepang untuk mengembangkan sistem identifikasi sampah di sungai. Sistem ini terkait dengan bagaimana menyelamatkan lingkungan dengan memanfaatkan teknologi pembelajaran mesin dan diklasifikasi sampah yang ada di sungai,” kata Asep.

 

Mitigasi konflik

Wakil Ketua Forum Konservasi Gajah Indonesia (FKGI) Wishnu Sukmantoro mengatakan, pemanfaatan teknologi juga bisa mendukung dalam memitigasi konflik antara manusia dan satwa liar, khususnya gajah. Salah satu teknologi yang digunakan adalah sistem deteksi dini dengan alat GPS collar untuk mendapatkan lokasi gajah dengan lebih akurat.

”Kami sudah memanfaatkan teknologi GPS collar untuk memantau secara lebih detail pergerakan gajah sehingga saat mereka masuk ke pemukiman bisa dideteksi lebih awal. Sekarang GPS collar sudah bisa diatur per jam, tetapi risiko boros baterai,” ucapnya.

Direktur Yayasan Sintas Indonesia Haryo T Wibisono memandang, penggunaan teknologi untuk mendukung upaya konservasi satwa liar di Indonesia masih sangat tertinggal. Padahal, dukungan teknologi sudah banyak berkembang untuk mengumpulkan data dan informasi yang nantinya berguna dalam upaya konservasi.

Dengan perkembangan dan sumber daya manusia saat ini, Haryo menilai seharusnya upaya konservasi di Indonesia sudah lebih optimal dengan pemanfaatan teknologi. Ia pun berharap kolaborasi antara akademisi dan praktisi konservasi bisa menghasilkan rekomendasi untuk nantinya mempercepat optimalisasi teknologi dalam konservasi.

Sumber: https://www.kompas.id/baca/humaniora/2023/03/28/penggunaan-inovasi-teknologi-untuk-konservasi-satwa-liar-di-indonesia-masih-terbatas