Peluncuran Klaster Filantropi Konservasi Dan Lingkungan Hidup Memerangi Masalah Sampah Lingkungan
Indonesia akan menghasilkan sampah sekitar 66 - 67 juta ton sampah pada tahun 2019, jumlah ini lebih tinggi dibandingkan jumlah sampah per tahunnya yang mencapai 64 juta ton dengan jenis sampah yang dihasilkan didominasi oleh sampah organik yang mencapai sekitar 60 persen dan sampah plastik yang mencapai 15 persen.
Berdasarkan dokumen World Bank 2018, lima pusaran plastik sampah mengambang di lautan kian meluas, hal ini memberikan gambaran yang cukup gamblang tentang krisis sampah laut yang juga melanda berbagai kawasan pesisir, hutan bakau, dan aliran air di berbagai belahan dunia
Diperkirakan sekitar 300 juta ton plastik diproduksi setiap tahun dan mengakibatkan suatu krisis pencemaran lautan secara global yang semakin menggunung. Saat ini tercatat 150 juta ton plastik terdapat di lautan dunia, dengan demikian, Jumlah ini akan meningkat sebesar 250 juta lagi jika tren urbanisasi, produksi, dan konsumsi terus berlanjut.
Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati laut yang teramat kaya dan beragam. Kawasannya mencakup tiga wilayah bio-geografis dan merupakan tempat berlindung kehidupan laut yang berlimpah – rumah bagi 76 persen spesies karang, hutan bakau, dan padang lamun yang luas. Namun, penggundulan hutan di kawasan pesisir, penurunan kualitas air, pencemaran, serta eksploitasi berlebihan terhadap kehidupan laut berdampak fatal terhadap ekosistem ini. Ekosistem Indonesia berada dalam bahaya besar akibat kebocoran sampah yang terus berlangsung. Seiring pesatnya laju urbanisasi dan pertumbuhan penduduk di kawasan pesisir, tingkat pencemaran yang merambah dan merusak berbagai ekosistem ini pun akan bertambah; semakin memperburuk kondisi yang ada.
JAKARTA, 17/07/19 Dompet Dhuafa serta klaster Filantropi Lingkungan Hidup dan Konservasi menyelenggarakan Philanthropy Learning Forum ke-24 bertempat di Accelerice Indonesia Lantai 2 Ariobimo Sentral, Jakarta Selatan.
Hadir sebagai moderator Dr. Ir. Tachrir Fathoni, M.SC, Advisor Belantara Foundation, acara ini mengangkat tema From Trash to Treasure: Aksi dan Kolaborasi Mengatasi Sampah Perkotaan bersama 4 pembicara yang berasal Dompet Dhuafa, Yayasan Tzu Chi, Badan Amil Zakat (Baznas), dan Yayasan Keanekargaman Hayati (Kehati).
Dompet Dhuafa mendukung upaya perbaikan di sector lingkungan yang mampu mengangkat kemandirian dhuafa melalui program Semesta Hijau. Program ini merupakan komitmen dalam pengentasan masalah masalah sampah sebagai upaya perbaikan lingkungan sekaligus mendorong tumbuhnya ekonomi masyarakat, terutama kaum dhuafa.
Sementara itu, Yayasan Tzu Chi saat ini sedang mempromosikan zero waste lifestyle bagi masyarakat perkotaan. Program ini dimulai dengan melakukan pemilahan sampah, daur ulang dan pemanfaatan limbah, dan menghargai energi.
Program pelestarian lingkungan yang dimiliki Yayasan Keanekargaman Hayati (Kehati) adalah Bird Watching (BW) di Pantai Indah Kapuk (PIK). Program ini bertujuan untuk menyediakan sumber informasi dan inspirasi pusat data ada di daerah perkotaan. Bird Watching (BW) bisa dilakukan dengan naked eye, Indonesia menjadi jalur perlintasan bagi migrasi burung.
Terakhir, BAZNAS dengan program mengatasi sampah di perkotaan salah satunya di Kota Bengkulu yang telah dipilih menjadi Kota SDGs pertama di Indonesia. Dimana BAZNAS melakukan pemberdayaan masyarakat melalui program pengelolaan sampah menjadi biji plastik.
Acara Philanthropy Learning Forum ke- 24 ini juga diisii dengan peluncuran klaster Filantropi Lingkungan Hidup dan Konservasi. Rizal Algamar, Country Director dari The Nature Conservacy (TNC) yang ditunjuk sebagai koordinator klaster tersebut menyatakan bahwa dasar dari pembentukkan klaster ini untuk mendorong kolaborasi lintas sektor guna memfasilitasi program pelestarian lingkungan. Ia juga menjelaskan bahwa organisasi-organisasi filantropi yang concern pada isu lingkungan bisa saling belajar, berbagi informasi, melakukan sinergi serta advokasi secara bersama-sama. Pada tahun 2019 ini telah disepakati bahwa fokus garapan klaster adalah mengatasi masalah-masalah lingkungan hidup yang di wilayah urban atau perkotaan, seperti masalah sampah, sumber air, dan sebagainya.
Klaster yang difasilitasi Filantropi Indonesia beranggotakan beberapa organisasi, seperti The Nature Conservacy (TNC), Dompet Dhuafa, Greeneration Foundation, Badan Amil Zakat Nasional, Belantara Foundation, Yayasan Kehati, Yayasan Tzu Chi, dan Coca Cola Foundation Indonesia.
Hamid Abidin, Direktur Filantropi Indonesia, menyatakan bahwa pembentukan klaster Filantropi Lingkungan Hidup dan Konservasi bertujuan untuk menjawab kebutuhan organisasi- organisasi filantropi anggota dan jaringan FI agar bisa bertemu dan berdiskusi dengan organisasi yang punya perhatian dan program yang sama dan diharapkan mereka dapat lebih intens dalam berdiskusi dan memahami berbagai inisiatif dan inspirasi dari organisasi-organisasi lain.
Di akhir acara delapan lembaga pemerhati Konservasi dan Lingkungan Hidup yakni, Dompet Dhuafa, Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), Belantara Foundation, The Nature Conservacy (TNC), Yayasan KEHATI, Greeneration, Yayasan Tzu Chi dan Coca-Cola Foundation menandatangani piagam peluncuran Klaster Konservasi dan Lingkungan Hidup