Memperingati Hari Bumi Sedunia, Urgensi Dunia untuk Menjaga Bumi
Hari Bumi Sedunia atau Earth Day diperingati pada setiap tanggal 22 Maret di seluruh penjuru dunia. Peringatan ini pertama kali dirayakan pada tahun 1970. Hari Bumi Sedunia dirayakan untuk memberikan mengedukasi dan menyadarkan masyarakat dunia akan kondisi bumi terkini.
Saat ini, bumi telah mengalami pemanasan global hampir 1,2 derajat celcius dibandingkan akhir abad ke-19. Peningkatan suhu tersebut semakin cepat pada 40 tahun terakhir. Bahkan 7 tahun terakhir catatan tahun terpanas selalu meningkat. Saat ini, tahun 2016 dan 2020 menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat.
Peningkatan suhu global tersebut dikarenakan peningkatan emisi karbon dioksida ke atmosfer dan berbagai aktivitas manusia lainnya. Emisi karbon dioksida dapat dihasilkan dari berbagai kegiatan manusia seperti transportation, menggunakan listrik, industri makanan, pakaian, otomotif, dan lain sebagainya. Kumpulan emisi gas tersebut akan memperparah efek rumah kaca dan mengakibatkan pemanasan global yang berujung pada perubahan iklim.
Dampak dari perubahan iklim telah terasa pada berbagai sektor. Perubahan iklim telah dan akan mengakibatkan kerugian secara fisik dan ekonomi di berbagai lokasi di dunia. Tidak hanya sampai disitu saja, dampak dari perubahan iklim bahkan mampu memicu perubahan cuaca yang sangat ekstrim. Berbagai bencana alam terkait perubahan iklim telah terasa di Indonesia, seperti peningkatan curah hujan yang menimbulkan banjir di berbagai daerah.
Pada situasi ini, peranan hutan kini menjadi sangat esensial bagi keberlangsungan hidup manusia. Studi ilmiah telah membuktikan bahwa hutan memiliki kemampuan untuk menyerap karbon yang telah kita hasilkan. Gas emisi berupa CO2 dapat diserap oleh tumbuhan sebagai bahan baku utama mereka untuk melakukan fotosintesis dan mengubahnya ke dalam bentuk karbohidrat, yaitu berbagai jenis makanan untuk beberapa jenis hewan dan manusia. Oleh karena itu, pelestarian hutan saat ini seharusnya menjadi agenda penting dunia demi menyelamatkan eksistensi bumi dan seisinya di masa mendatang.
Belantara berkontribusi dengan APP Sinarmas cabang Jepang melalui sebuah proyek yang disebut Forest Restoration Project: SDGs Together. Proyek ini akan merestorasi gambut yang terdegradasi di Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu. Melalui restorasi hutan, kami bermaksud untuk berpartisipasi dalam mengurangi emisi karbon dari degradasi hutan.